Wanita Hujan
By : Idha Rachmadany
“Tik..Tik..Tik..”
tetesan air hujan jatuh ke tangan seorang gadis 18 tahun itu, seakan
mengembalikan memorinya tentang kejadian setahun silam.
***
“ Hai Rara,
Ngapain kamu? “ Ujar Nanda heran.
“ Aku suka
hujan Nda” jawabnya dengan tersenyum lalu meninggalkan Nanda dengan rasa
penasarannya.
Setiap kali
hujan ,Rara selalu berdiri di koridor sekolah, menutup mata dan menjulurkan
tangannya kearah datangnya hujan. Membiarkan tetesan hujan itu jatuh lembut di
telapak tangannya. Baginya, hal ini membuatnya nyaman.
“Tettt...Tett..Tett..”
bel keluar tanda istirahat pun berdering. Seluruh siswa-siswi
berbondong-bondong keluar untuk shalat
dan makan. Tak terkecuali Rara, gadis dengan sejuta rahasia ini seperti biasa
selalu menunjukkan aura ceria di depan teman-temannya.
“ Ehhh,
shalat yuk” ajak Rara.
“ Yuukkk..
Yukk Tunggu..tunggu “
Seperti
biasa,setelah shalat dan makan. Rara berdiri di koridor sekolah, menatap kearah
depan memerhatikan seluruh kegiatan kota di siang hari. Siang ini adalah awal
perasaannya.
“ Hai Rara “
sapa Rian .
Rara hanya
tersenyum ke arah Rian, tanpa disadari senyuman itu membuat hubungan antara
Rara dan Rian menjadi berbeda. Dari awal yang gila berubah menjadi hubungan
yang waras.
“ Aku sayang
kamu Ra, aku serius. Kamu mau jadi pacar aku? “
Kalimat yang
menghentikan goresan pena diatas kertasnya. Perasaan bingung, ragu dan tak percaya menyelimuti hatinya.
“ Aku juga
sayang kamu Ri,tapi bagaimana dengan hubungan kamu dan dia? Orang yang dulu sangat
kamu sayang. “ Fikir Rara.
“ Hei Ra,
kok bengong? “ ujar Nanda sambil menepuk bahu Rara.
Rara pun
menceritakan semua hal yang menjadi ganjalannya kepada Nanda. Seakan tahu pasti
tentang Rian, Nanda pun meyakinkan Rara untuk menerima Rian. Akhirnya , pesan
singkat itu pun kembali dikirimkan Rara. Pesan yang berisikan pernyataan
sayangnya kepada Rian juga.
“ Aku sayang
kamu Ra, aku akan jaga kepercayaan dan akan berusaha jadi semestinya buat kamu
dan kita. Terimakasih Ra. Aku sayang kamu “
“ Aku juga
sayang kamu Rian”
Perjalanan
cinta yang berawal manis semanis coklat ini membuat keduanya terasa nyaman.
Namun ada hal yang membuat Rara terus-terusan menahan perih yang disimpannya
sendiri. Rian memang tidak mengatakan apapun, Tapi Rara,orang yang sangat
menyayanginya ini tahu apa yang Rian lakukan untuknya. Hanya tersenyum saat
mengetahui semuanya, berharap akan baik-baik saja.
“ Ra, ada
yang mau aku bilang sama kamu “ ujar Rian serius.
“ Iya,
bilang aja. Kamu mau bicara apa?”
“ Dia datang
lagi, aku nggak tau kalau ini akan terjadi. Dia butuh aku Ra, aku nggak ingin
dia terluka karena tahu kalau aku dan kamu ada hubungan. Aku nggak ingin
nyakitin kamu. Tapi aku bingung,aku harap kamu bisa ngerti Ra. “
Bagaikan
petir,kata-kata itu sungguh mengejutkan Rara,ia tahu ini akan terjadi. Tapi
sungguh ia tidak menyangka bahwa harus di malam itu. Malam dimana ia ingin
mengatakan kepada Rian bahwa dia juga membutuhkannya. Namun , seperti biasa
Rara selalu menghadapinya dengan positif. Ia hanya bisa menerima semuanya dan
menyembunyikan apa yang ingin ia katakan.
“ Kamu
kenapa Ra? Aku dengar kamu nangis beberapa hari yang lalu. Apa itu karena
masalah kita? Aku minta maaf Ra. Aku nggak maksud nyakitin kamu. “
Pesan
singkat dari Rian itu kembali mengingatkannya akan kejadian malam itu, ia
memang menangis. Tapi tidak ada yang tahu sebab ia menangis.
“ Udah,nggak
perlu dibahas lagi,aku nggak kenapa-kenapa kok “
Seakan tiada
penyesalan bahwa ia telah menyakiti hati Rara, Rian tetap saja seperti
kebiasaan dalam hari-harinya. Bahkan kali ini seakan menjauh dari Rara. Tiada
lagi senyuman, sapaan, bahkan perbincangan lagi. Rara hanya tersenyum
menghadapi semua ini, lagi-lagi berdiri di koridor untuk menikmati tetesan
hujan yang jatuh ketangannya.
“ Kamu
ngapain sih Ra, aku heran. Kamu selalu berdiri disini dengan kegiatan yang
sama, main hujan ! apa enaknya sih ra? “ Lagi-lagi Nanda menghampiri Rara.
“ Kamu tahu
Nda, aku kesepian. Orang yang aku sayang udah pergi untuk orang lain dan rela
menyakitiku demi orang lain itu. Tanpa sadar aku telah terluka. Aku suka hujan
Nda “ Lagi-lagi meninggalkan Nanda dengan senyuman manisnya itu.
“ Kamu ngomong
apa sih Ra? Cerita dong ! Ra, tunggu ! “
Nanda berlari mengejar Rara yang diam-diam menangis lagi. Menahan perihnya. Nanda,
Nanda akhirnya tahu semuanya. Tahu akan apa yang dialami dan dirasakan
Rara,hanya Nanda. Hanya Nanda yang tahu.
***
“Aku tahu
Ra, dikoridor ini. Tepat setahun lalu aku menanyakan kenapa kamu suka disini.
Hufff.. Semoga kamu tenang disana Ra, walaupun kita udah didunia yang beda. Aku
tetap merasa kamu ada Ra, di koridor ini. Saat hujan seperti ini. Yaa ,sosok
wanita hujan dengan sejuta rahasia hati yang ditahan sendiri. Rasa sakit yang
ditahan sendiri, bertahan dengan senyuman walau penyakit itu terus sakiti kamu.
Rara, wanita hujan ku. Sahabat terbaikku “ Lontar Nanda sambil menjulurkan
tangannya kearah hujan.
“ Nda, Rara
kenapa? Ada apa dengan Rara? “ Tanpa disadari Rian telah berdiri untuk waktu
yang lama di tempat itu,mendengar dan memperhatikan seluruh gerak-gerik Nanda.
“ Ehh,
Rian..Sejak kapan kamu disitu. Rara? Kamu dengar ucapanku?”
“Iya, aku
mau kamu cerita. Aku tahu kamu tahu semua tentang Rara .”
“ Rara, dia
sangat menyayangimu. Malam itu, dia juga ingin bilang kalau dia butuh kamu ada
di sisa-sisa akhir hidupnya Ri. Penyakit itu. Tapi ,sudah lah.. kamu juga telah
memilih untuk menyakitinya dan menambah sakitnya. Dia menyayangimu,bahkan
sampai akhir ia bisa menyentuh tetesan hujan seperti ini. Dia suka hujan,karena
kamu terus menghujani matanya . Tanpa pernah kamu menoleh lagi untuk tahu
tentangnya. “ Jelas Nanda,lalu pergi meninggalan Rian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar