Rabu, 20 Mei 2015

CERPEN - WANITA HUJAN

Wanita Hujan
By : Idha Rachmadany

            “Tik..Tik..Tik..” tetesan air hujan jatuh ke tangan seorang gadis 18 tahun itu, seakan mengembalikan memorinya tentang kejadian setahun silam.
***
            “ Hai Rara, Ngapain kamu? “ Ujar Nanda heran.
            “ Aku suka hujan Nda” jawabnya dengan tersenyum lalu meninggalkan Nanda dengan rasa penasarannya.

             Setiap kali hujan ,Rara selalu berdiri di koridor sekolah, menutup mata dan menjulurkan tangannya kearah datangnya hujan. Membiarkan tetesan hujan itu jatuh lembut di telapak tangannya. Baginya, hal ini membuatnya nyaman.

            “Tettt...Tett..Tett..” bel keluar tanda istirahat pun berdering. Seluruh siswa-siswi berbondong-bondong  keluar untuk shalat dan makan. Tak terkecuali Rara, gadis dengan sejuta rahasia ini seperti biasa selalu menunjukkan aura ceria di depan teman-temannya.

            “ Ehhh, shalat yuk”  ajak Rara.
            “ Yuukkk.. Yukk Tunggu..tunggu “ 

            Seperti biasa,setelah shalat dan makan. Rara berdiri di koridor sekolah, menatap kearah depan memerhatikan seluruh kegiatan kota di siang hari. Siang ini adalah awal perasaannya.

            “ Hai Rara “ sapa Rian .

            Rara hanya tersenyum ke arah Rian, tanpa disadari senyuman itu membuat hubungan antara Rara dan Rian menjadi berbeda. Dari awal yang gila berubah menjadi hubungan yang waras.

            “ Aku sayang kamu Ra, aku serius. Kamu mau jadi pacar aku? “ 

            Kalimat yang menghentikan goresan pena diatas kertasnya. Perasaan bingung,  ragu dan tak percaya menyelimuti hatinya.

            “ Aku juga sayang kamu Ri,tapi bagaimana dengan hubungan kamu dan dia? Orang yang dulu sangat kamu sayang. “ Fikir Rara.
            “ Hei Ra, kok bengong? “ ujar Nanda sambil menepuk bahu Rara. 

            Rara pun menceritakan semua hal yang menjadi ganjalannya kepada Nanda. Seakan tahu pasti tentang Rian, Nanda pun meyakinkan Rara untuk menerima Rian. Akhirnya , pesan singkat itu pun kembali dikirimkan Rara. Pesan yang berisikan pernyataan sayangnya kepada Rian juga.

            “ Aku sayang kamu Ra, aku akan jaga kepercayaan dan akan berusaha jadi semestinya buat kamu dan kita. Terimakasih Ra. Aku sayang kamu “
            “ Aku juga sayang kamu Rian”

            Perjalanan cinta yang berawal manis semanis coklat ini membuat keduanya terasa nyaman. Namun ada hal yang membuat Rara terus-terusan menahan perih yang disimpannya sendiri. Rian memang tidak mengatakan apapun, Tapi Rara,orang yang sangat menyayanginya ini tahu apa yang Rian lakukan untuknya. Hanya tersenyum saat mengetahui semuanya, berharap akan baik-baik saja. 

            “ Ra, ada yang mau aku bilang sama kamu “ ujar Rian serius.
            “ Iya, bilang aja. Kamu mau bicara apa?”
            “ Dia datang lagi, aku nggak tau kalau ini akan terjadi. Dia butuh aku Ra, aku nggak ingin dia terluka karena tahu kalau aku dan kamu ada hubungan. Aku nggak ingin nyakitin kamu. Tapi aku bingung,aku harap kamu bisa ngerti Ra. “

            Bagaikan petir,kata-kata itu sungguh mengejutkan Rara,ia tahu ini akan terjadi. Tapi sungguh ia tidak menyangka bahwa harus di malam itu. Malam dimana ia ingin mengatakan kepada Rian bahwa dia juga membutuhkannya. Namun , seperti biasa Rara selalu menghadapinya dengan positif. Ia hanya bisa menerima semuanya dan menyembunyikan apa yang ingin ia katakan.

            “ Kamu kenapa Ra? Aku dengar kamu nangis beberapa hari yang lalu. Apa itu karena masalah kita? Aku minta maaf Ra. Aku nggak maksud nyakitin kamu. “ 

            Pesan singkat dari Rian itu kembali mengingatkannya akan kejadian malam itu, ia memang menangis. Tapi tidak ada yang tahu sebab ia menangis.

            “ Udah,nggak perlu dibahas lagi,aku nggak kenapa-kenapa kok 

            Seakan tiada penyesalan bahwa ia telah menyakiti hati Rara, Rian tetap saja seperti kebiasaan dalam hari-harinya. Bahkan kali ini seakan menjauh dari Rara. Tiada lagi senyuman, sapaan, bahkan perbincangan lagi. Rara hanya tersenyum menghadapi semua ini, lagi-lagi berdiri di koridor untuk menikmati tetesan hujan yang jatuh ketangannya.

            “ Kamu ngapain sih Ra, aku heran. Kamu selalu berdiri disini dengan kegiatan yang sama, main hujan ! apa enaknya sih ra? “ Lagi-lagi Nanda menghampiri Rara.

            “ Kamu tahu Nda, aku kesepian. Orang yang aku sayang udah pergi untuk orang lain dan rela menyakitiku demi orang lain itu. Tanpa sadar aku telah terluka. Aku suka hujan Nda “ Lagi-lagi meninggalkan Nanda dengan senyuman manisnya itu. 

            “ Kamu ngomong apa sih Ra? Cerita dong !  Ra, tunggu ! “ Nanda berlari mengejar Rara yang diam-diam menangis lagi. Menahan perihnya. Nanda, Nanda akhirnya tahu semuanya. Tahu akan apa yang dialami dan dirasakan Rara,hanya Nanda. Hanya Nanda yang tahu.

***

            “Aku tahu Ra, dikoridor ini. Tepat setahun lalu aku menanyakan kenapa kamu suka disini. Hufff.. Semoga kamu tenang disana Ra, walaupun kita udah didunia yang beda. Aku tetap merasa kamu ada Ra, di koridor ini. Saat hujan seperti ini. Yaa ,sosok wanita hujan dengan sejuta rahasia hati yang ditahan sendiri. Rasa sakit yang ditahan sendiri, bertahan dengan senyuman walau penyakit itu terus sakiti kamu. Rara, wanita hujan ku. Sahabat terbaikku “ Lontar Nanda sambil menjulurkan tangannya kearah hujan.

            “ Nda, Rara kenapa? Ada apa dengan Rara? “ Tanpa disadari Rian telah berdiri untuk waktu yang lama di tempat itu,mendengar dan memperhatikan seluruh gerak-gerik Nanda.

            “ Ehh, Rian..Sejak kapan kamu disitu. Rara? Kamu dengar ucapanku?”

            “Iya, aku mau kamu cerita. Aku tahu kamu tahu semua tentang Rara .”

            “ Rara, dia sangat menyayangimu. Malam itu, dia juga ingin bilang kalau dia butuh kamu ada di sisa-sisa akhir hidupnya Ri. Penyakit itu. Tapi ,sudah lah.. kamu juga telah memilih untuk menyakitinya dan menambah sakitnya. Dia menyayangimu,bahkan sampai akhir ia bisa menyentuh tetesan hujan seperti ini. Dia suka hujan,karena kamu terus menghujani matanya . Tanpa pernah kamu menoleh lagi untuk tahu tentangnya. “ Jelas Nanda,lalu pergi meninggalan Rian.

KEGIATAN AKTIVITAS KULIAH DI PETERNAKAN UNSYIAH DAN PROFIL PETERNAKAN UNSYIAH

PROFIL PETERNAKAN UNSYIAH

SEJARAH

Sejarah FKHP (Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan)
Ditengah optimisme bagi kemajuan Provinsi Aceh untuk menjadi penggerak pembangunan bangsa dari ujung utara pulau Sumatera, maka Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Penguasa Perang Daerah Aceh (PEPERDA) pada tanggal 9 Januari 1960 membentuk Panitia Persiapan Pembangunan FKHP (Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan) dengan susunan sebagai berikut:
  
Ketua Umum
: Kolonel Syamaun Gaharu, Panglima Kodam I Iskandar Muda, Aceh.
Wakil Ketua Umum
: Ali Hasyimi, Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh
Seksi A

Ketua
: T. Sulaiman
Sekretaris
: Nazaruddin Noor
Anggota
: A. Gani Adam

  Ir. Mohd. Thaher

  A. Aziz Ibrahim

  T. Ali Kereukon

  Ibnoe Saadan

  T. Sulaiman Polem
Seksi B

Ketua
: drh. R. M. Soedjono Ronowinoto, Kepala Dinas Kehewanan Prop. Daerah Istimewa Aceh.
Sekretaris
: Anwar
Anggota
: dr. Zainal Abidin

  dr. Soegianto Kartowigoeno

  Ir. Achmad Soedarsan

  dr. Sajid Warsito

  Dr. T. Iskandar

  Mayor Eddy Murthy, SH

Panitia ini bertugas untuk mempersiapkan keperluan-keperluan yang berhubungan dengan pendirian FKHP, seperti mencari tenaga pengajar, mengadakan pendekatan dengan FKHP / FKH lain yang ada di Indonesia, menghubungi menteri P.P. dan K, serta menyediakan perumahan untuk calon tenaga pengajar.
Panitia mengirimkan delegasi yang terdiri dari drh. R. M. Soedjono Ronowinoto, dr. R. Soegianto Kartowigoeno, Ir. Achmad Soedarsan dan Anwar untuk mengadakan pembicaraan dengan Kepala Biro Koordinasi Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan maupun dengan Menteri P.P. dan K, yang berkisar pada pembiayaan dan dosen.

Syarat-syarat yang diperlukan untuk pendirian FKHP
Menteri P.P. dan K. Membentuk Komisi Teknis Departemen P.P. dan K. yang terdiri dari Drs. M. A. Gani dari Biro Koordinasi Perguruan Tinggi (sebagai Ketua) drh. M. Farichin Sumintawidjaja dari FKHP Universitas Gajah Mada (sebagai Wakil Ketua) dan drh. Kridarso Budi Prajitno dari FKHP Universitas Gajah Mada (sebagai Sekretaris).
Pada tanggal 11 Juli 1960 bertempat di ruangan Kantor Dinas Kehewanan Daerah Istimewa Aceh dilangsungkan rapat antara Panitia Persiapan Pendirian FKHP dengan Komisi Teknis Departemen P.P. dan K. Dalam rapat tersebut Ketua Komisi Teknis Departemen P.P. dan K., Drs. M. A. Gani menguraikan sejarah singkat terbentuknya Komisi Teknis dan Tugas Komisi dalam melakukan peninjauannya tentang persiapan pembukaan fakultas tersebut. Tugasnya mengumpulkan bahan-bahan untuk disampaikan kepada Menteri P.P. dan K. Komisi Teknis ini mendapat dukungan moral dan bantuan material dari Universitas Gajah Mada.
Setelah Komisi Teknis Departemen P.P. dan K. melaporkan hasil-hasil pengamatannya kepada Menteri P.P. dan K., kemudian Menteri P.P. dan K. mengirimkan kawat kepada Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh selaku Wakil Ketua Panitia Persiapan Pendirian FKHP yang menyatakan fakultas tersebut dapat dibuka di Banda Aceh pada tanggal 10 October 1960 di Kota Pelajar/Mahasiswa Darussalam. Kemudian Menteri P.P. dan K. mengeluarkan Surat Keputusan No. 79966/UU, tanggal 17 October 1960 tentang Pendirian FKHP sebagai suatu bagian dari Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada tanggal 17 Oktober 1960 , di Aula Fakultas Ekonomi Darussalam Banda Aceh dilangsungkan upacara Peresmian Pembukaan FKHP yang dihadiri oleh Direktur Jendral Direktorat Pendidikan Tinggi Prof. Dr. Soegiono D. Poesponegoro mewakili Menteri P.P. dan K. Turut hadir dalam upacara tersebut antara lain Presiden Universitas Sumatera Utara Prof. dr. A. Sofyan, beberapa Dekan Fakultas-Fakultas Universitas Sumatera Utara, anggota-anggota
Panitia Persiapan Pendirian FKHP serta pembesar-pembesar sipil, militer dan kepolisian, calon mahasiswa dan para undangan. Pada upacara tersebut ditanda tangani “Piagam” FKHP atas nama Menteri P.P. dan K. oleh Prof. Dr. R. Soegiono D. Poesponegoro dan pemakaian kalung jabatan kepada Pejabat Dekan Fakultas tersebut, drh. R. M. Soedjono Ronowinoto yang dilakukan oleh Presiden Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. A. Sofyan.
Kuliah pertama dimulai pada tanggal 7 Nopember 1960 dengan jumlah mahasiswa terdaftar sebanyak 62 orang. Untuk kelancaran jalannya fakultas, maka untuk sementara sebagai Sekretaris Fakultas dijabat oleh drh. Hasan Zaini. Tenaga pengajar waktu itu sebahagian besar berstatus dosen luar biasa.
Pada tanggal 28 Juni 1961 Menteri PTIP mengeluarkan Surat Keputusan bahwa drh. R. M. Soedjono Ronowinoto bertindak sebagai Acting Dekan, dengan SK. No. 39234/C/III/PTIP, dan Sekretaris Fakultas dijabat oleh drh. Farichin Soemintawidjaja dengan penetapan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 1741/4/DPT/61, tanggal 1 Juni 1961.
Dengan direalisirnya pendirian Universitas Syiah Kuala di Darussalam Banda Aceh berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 11/1961 tanggal 21 Juni 1961, yang peresmiannya dilakukan oleh Presiden Republik Insonesia, Ir. Soekarno, dan Menteri PTIP pada tanggal 27 April 1962, maka FKHP diintegrasikan ke dalam Universitas Syiah Kuala. Upacara serah terima dilakukan pada tanggal 30 November 1961.
Tidak lama setelah penyerahan itu, Pimpinan FKHP dipercayakan kepada Drs. Soebagio Sapoetro (Perwira Staf Peperda Aceh). Kemudian berhubung kepindahan beliau ke Jakarta dalam bulan Mei 1962 maka jabatan pimpinan fakultas dialihkan kepada drh. Abdullah Ali yang juga merangkap sebagai Sekretaris Fakultas.
Tujuah FKHP adalah mendidik mahasiswa agar menjadi sarjana yang mempunyai keahlian dibidang kedokteran hewan dan peternakan, berdedikasi serta mampu berdiri sendiri dalam membina dan membangun ilmu pengetahuan untuk tujuan pembangunan. Oleh karena itu, sifat pendidikan dan pengajaran yang ada harus dinamis yang selalu melihat kepentingan daerah dan senada dengan derap langkah pembangunan nasional. Dengan demikian revisi kurikulum haruslah merupakan proses yang terus menerus setiap pendidikan tinggi.
Pada tahun awal pendiriannya sampai tahun 1968 Fakultas ini menghasilkan dokter hewan yang juga ahli peternakan. Setelah dirasakan pengetahuan yang dimiliki oleh lulusan belum memadai. Pada tahun 1968 FKHP memberanikan diri membuka Jurusan Kedokteran Hewan dan Jurusan Peternakan. Pembagian jurusan ini dilakukan pada tahun ketiga pendidikan. Dengan demikian sejak tahun 1968 pada tingkat tiga terdapat Jurusan Kedokteran Hewan dan Jurusan Peternakan.
Pada tahun 1980 dilakukan peninjauan kurikulum yang sedang berjalan, termasuk pembagian jurusan. Sejak tahun akademi 1981/1982 Jurusan Kedokteran Hewan dan Jurusan Peternakan telah dimulai sejak mahasiswa mulai mengikuti kuliah pada semester pertama. Pembagian jurusan sejak awal tahun kuliah ini berlangsung sampai tahun 1985.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 1312 tanggal 10 Oktober 1985 Jurusan Peternakan diintegrasikan ke dalam Fakultas Pertanian.

Kepemimpinan FKHP
Struktur organisasi FKHP/FKH Unsyiah pada lima periode awal masih sederhana sekali. Pada periode pertama (1960-1961), pimpinan fakultas dijabat oleh drh. R. M. Soedjono Ronowinoto yang ditetapkan oleh Menteri PTIP berdasarkan Surat Keputusan No. 3934/C/III/PTIP/61, tanggal 28 Juni 1961 dan Sekretaris Facultas ádalah drh. M. Farichin Soemintawidjaja yang ditunjuk berdasarkan surat penetapan Dirjen Pendidikan Tinggi No. 1741/4/DPT/61 tanggal 1 Juni 1961. Akan tetapi, berhubung beliau belum berada di Banda Aceh, untuk sementara tugas tersebut dijabat oleh drh. Hasan Zaini. Untuk jabatan Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III belum dapat diisi berhubung kekurangan tenaga.
Pada Periode Kedua (1961-1962) terjadi dua kali pengalihan tugas pimpinan fakultas. Pertama, pengalihan tugas Dekan dari drh. R.M.Soedjono Ronowinoto kepada Drs. Soebagio Sapoetro, tidak lama setelah pelaksanaan integrasi FKHP/FKH ke dalam lingkungan Unsyiah dari Universitas Sumatera Utara. Sebagai Pembantu Dekan I/Sekretaris dijabat oleh drh. M. Farichin Soemintawidjaja/Drs. Soebagio Sapoetro. Kedua, pengalihan tugas Dekan dari Drs. Soebagio Sapoetro kepada drh. Abdullah Ali, berhubung kepindahan beliau ke Jakarta. Sebagai Pembantu Dekan I/Sekretaris Fakultas dijabat rangkap oleh Dekan. Jabatan Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III masih belum terisi. Periode kepemimpinan ini berlanjut sampai dengan tahun 1963.
Periode keempat masa kedekanan FKHP/FKH dijabat oleh drh. Soemarmo, yang ditunjuk berdasarkan penetapan Menteri PTIP No. 7454/UP/II-64, tanggal 12 Agustus 1964. Pembantu Dekan I/Sekretaris dipercayakan kepada drh. Abdullah Ali, dan baru periode keempat ini jabatan Pembantu Dekan II terisi, untuk pertama kalinya yang dijabat oleh drh. M. Farichin Soemintawidjaja. Kepemimpinan ini berlanjut selama empat periode berturut-turut. Jabatan Pembantu Dekan III baru terisi pada periode keenam (1965-1969) yang pada waktu itu dijabat oleh drh. Soehartojo Hardjopranjoto. Berhubung kepindahan drh. M. Farichin Seomantawidjaja ke pulau Jawa, maka pada awal tahun 1969 jabatan Pembantu Dekan II dialih tugaskan kepada drh. Razali Sulaiman. Pada tahun 1970 drh. Soehartojo Hardjopranjoto mendapat tugas belajar ke Amerika, sehingga jabatan Pembantu Dekan III dipercayakan kepada drh. Damrin Lubis.
Pada periode kedelapan (1970-1972), pimpinan fakultas dijabat oleh drh. Abdullah Ali, M.Sc., yang pelantikannya dilakukan pada tanggal 30 Juni 1971. Jabatan Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III dijabat oleh drh. Noerjanto Wignjosusastro, M.Sc., Drs. Hasanuddin Husin dan Drs. Burhanuddin Salim, sampai masa kedekanan berakhir.
Bulan April 1975 dibentuk Panitia Pemilihan Dekan FKHP/FKH periode 1975-1977. Pada periode ini terpilih drh. Abdullah Ali, M. Sc. Sebagai Dekan, yang tidak lama lagi akan tiba di Banda Aceh dari Amerika Serikat. Dalam waktu menunggu kehadiran beliau, jabatan tersebut sementara dipegang oleh Rektor Universitas Syiah Kuala (Drs. Ibrahim Hasan, MBA) sedangkan tugas-tugas rutin Fakultas dilaksanakan oleh Pembantu-Pembantu Dekan periode kesembilan, yaitu dijabat oleh Drs. Burhanuddin Salim, Drs. Hasanuddin Husin dan Drs. Gunawan.
Pimpinan fakultas periode kesebelas dan keduabelas dijabat oleh Dr. Abdullah Ali, M. Sc. Pembantu-Pembantu Dekan untuk periode kesebelas (1977-1979) adalah drh. Damrin Lubis, M. Sc. Sebagai Pembantu Dekan I, Drs. Abdi A. Wahab sebagai Pembatu Dekan II dan drh. Djemaat Manan sebagai Pembatu Dekan III. Pada periode keduabelas (1979-1981) sebagai Pembantu Dekan I dijabat oleh drh. Razali Sulaiman, Drs. Abdi A. Wahab sebagai Pembantu Dekan II dan Drs. Tagor Siregar sebagai Pembantu Dekan III.
Dalam periode ketigabelas (1981-1984) pimpinan FKHP/FKH dijabat kembali oleh Dr. Noerjanto Wignjosusastro, M. Sc., dibantu oleh drh. Razali Sulaiman sebagai Pembantu Dekan I, drh. T. Iskandar sebagai Pembantu Dekan II dan Drs. Chaidir Yusuf sebagai Pembantu Dekan III.
Jabatan dekan periode keempatbelas (1984-1987) masih diteruskan oleh Dr. Noerjanto Wignjosusastro, M. Sc. Demikian juga dengan Pembantu Dekan I dan Pembantu Dekan II tidak mengalami pergantian, hanya jabatan Pembantu Dekan III ditimbang terimakan dari Drs. Chaidir Yusuf kepada Drs. Helmi MY.


Sejarah Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 1312 tanggal 10 Oktober 1985 Jurusan Peternakan diintegrasikan ke dalam Fakultas Pertanian.
Fakultas Pertanian merupakan fakultas kelima di dalam lingkungan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), yang memiliki visi menjadi pusat pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang unggul dan terkemuka dalam bidang pertanian di Indonesia pada tahun 2020. Misi Fakultas Pertanian Unsyiah adalah: (1) menyelenggarakan pendidikan berbasis kompetensi pertanian secara terpadu yang relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dan global, (2) mengembangkan riset-riset unggulan pertanian yang berpola keilmuan dan teknologi, berorientasi produk, dan berbasis pengabdian, (3) menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pertanian yang tepat guna, (4) membentuk sivitas akademika yang profesional dan beretika serta mengembangkan atmosfir akademik yang kondusif, dinamis dan demokratis, (5) meningkatkan mutu manajemen dan sumber daya secara berkesinambungan, dan (6) menjalin dan meningkatkan kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan di tingkat lokal, nasional dan internasional.
Fakultas ini didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP (Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan) nomor 84/1964 tanggal 18 Agustus 1964. Fakultas Pertanian juga dibuka secara resmi oleh menteri PTIP dengan penandatanganan piagam di Darussalam – Banda Aceh, pada hari senin tanggal 16 Nopember 1964.
Pada awal aktivitasnya, baik aktivitas akademik maupun administrasi, masih menumpang di gedung Fakultas Teknik (yang kemudian menjadi gedung Fakultas Hukum, dan kini menjadi gedung unit-unit kegiatan mahasiswa). Pada tahun 1965, Fakultas Pertanian memperoleh sebuah gedung darurat untuk ruang kuliah, sedangkan gedung administrasi masih menggunakan beberapa ruang KDC (bagian dari gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan lama). Pada tahun 1975, untuk menampung mahasiswa yang jumlahnya semakin meningkat, Fakultas Pertanian diperkenankan memakai beberapa ruangan yang berada di Laboratorium Induk (yang sekarang adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) untuk dijadikan ruang kuliah.
Pada tahun 1979, Fakultas Pertanian telah memiliki beberapa gedung sendiri yang digunakan untuk ruang kuliah, ruang administrasi, kantor jurusan dan laboratorium, salah satu bangunannya digunakan untuk perpustakaan. Selain itu dilengkapi pula dengan dua buah rumah kaca dan kebun percobaan. Peresmian gedung-gedung dan fasilitas Fakultas Pertanian dilakukan pada tanggal 31 Desember 1979 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu, yaitu Dr. Daoed Yosoef. Selanjutnya pada tahun 1999, Fakultas Pertanian kembali mendapatkan seperangkat gedung baru beserta peralatan laboratoriumnya dari OECF (Overseas Economic Cooperation Fund), sebuah lembaga keuangan pemerintah Jepang. Peresmian gedung baru ini dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Yuwono Soedarsono. Selain itu Fakultas Pertanian juga dipercayai untuk mengelola 5 stasiun masing-masing organic farm, paddy farm, stasiun Ie Su`um, Bener Meriah, Lamno, serta farm peternakan.
Disamping sarana dan prasarana fisik, Fakultas Pertanian juga memiliki staf pengajar (dosen) dalam berbagai bidang keahlian. Pada awalnya Fakultas Pertanian hanya memiliki sejumlah staf pengajar luar biasa, namun saat ini (2011) Fakultas Pertanian telah memiliki 207 dosen (dengan 12 diantaranya adalah Profesor) lulusan universitas terkemuka di dalam dan di luar negeri, dengan berbagai bidang keahlian. Dari jumlah tersebut terdapat 67 orang dengan tingkat pendidikan S3, 112 orang S2, dan 28 orang S1.
Sebelum tahun 1979,  program pendidikan sarjana di Fakultas Pertanian Unsyiah ditempuh selama 5 tahun. Pada masa itu terdapat 5 tingkat pendidikan atau jenjang, yaitu: Persiapan, Sarjana Muda I, Sarjana Muda II, Sarjana I, dan Sarjana II. Sejak tahun 1979, dengan berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 0124/U/1979 tanggal 8 Juni 1979, program pendidikan Sarjana di Fakultas Pertanian Unsyiah dapat ditempuh dalam masa 4 tahun, dengan menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). Sampai dengan akhir semester genap tahun1984/1985, Fakultas Pertanian Unsyiah membagi masa 4 tahun tersebut kedalam 2 sub jenjang yaitu sub jenjang sarjana muda dengan beban studi 117 SKS dan sub jenjang sarjana dengan tambahan beban studi 34 SKS. Mulai tahun ajaran 1985/1986, sub jenjang sarjana muda dihapuskan, mengingat pada hakekatnya sarjana muda merupakan bagian yang utuh dari program sarjana. Pengalaman menunjukkan bahwa adanya sub jenjang sarjana muda ternyata agak menghambat kelancaran studi mahasiswa. Sehubungan dengan Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi nomor 28/DJ/Kep./1983 tanggal 27 April 1983, mulai tahun ajaran 1985/1986 diterapkan pula kurikulum baru sesuai dengan keputusan tersebut. Pada tahun 1996/1997 kurikulum yang berlaku di Fakultas Pertanian Unsyiah didasarkan kepada SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0411/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku secara nasional untuk Program Sarjana Ilmu Pertanian. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang didasarkan pada SK Menteri Pendidikan Nasional nomor 045/U/2002, digunakan oleh Program Studi Agroteknologi pada tahun 2008 (bersamaan dengan pendiriannya) dan tahun 2009 oleh Program Studi Agribisnis, dan segera disusul oleh program studi lainnya.
Jenis dan jumlah jurusan pada Fakultas Pertanian Unsyiah sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 9534/O/1983 terdiri atas 4 jurusan. Jurusan-jurusan tersebut adalah: Budidaya Pertanian, Sosial Ekonomi Pertanian, Hama dan Penyakit Tumbuhan, dan Peternakan. Tiga belas tahun kemudian, sesuai dengan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan nomor 207/DIKTI/Kep./1996, 4 jurusan di Fakultas Pertanian diubah lagi menjadi 5 program studi, yaitu Agronomi dan Ilmu Tanah (yang tadinya merupakan Jurusan Budidaya Pertanian), Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Sosial Ekonomi Pertanian (Agribisnis), dan Produksi Ternak. Setahun kemudian, berdasarkan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud nomor 04/Dikti/Kep/1997, Fakultas membuka 2 program studi baru, yaitu Teknologi Hasil Pertanian dan Teknik Pertanian. Pada tahun 2003 Fakultas Pertanian mulai menerima mahasiswa program diploma tiga (D III) yang terdiri atas program studi Manajemen Agribisnis dan Budidaya Peternakan guna memenuhi kebutuhan pasar akan tenaga kerja trampil. Pada tahun 2008, karena adanya perubahan paradigma pendidikan, Program Studi Agronomi, Ilmu Tanah, dan Hama dan Penyakit Tumbuhan di merger membentuk program studi baru, yaitu Agroteknologi. Saat ini Fakultas Pertanian Unsyiah memiliki 5 program studi tingkat sarjana (Agroteknologi, Agribisnis, Peternakan, Teknologi Hasil Pertanian, dan Teknik Pertanian), dan 2 program studi tingkat diploma 3 (Manajemen Agribisnis dan Budidaya Peternakan).


KEGIATAN AKTIVITAS KULIAH DI PETERNAKAN

Saya adalah alumni SMA Negeri 1 Banda Aceh tahun 2014. Saya masuk di jurusan peternakan Unsyiah melalui jalur SNMPTN. Peternakan adalah pilihan kedua saya, alasan awal saya memilih jurusan ini karena ayah saya juga bekerja sebagai seorang PNS pada instansi yang bergerak di bidang peternakan. Peternakan bukan hal yang terlalu asing bagi saya. Bagi sebagian orang mungkin jurusan ini masih dipandang sebelah mata, itu karena minimnya pengetahuan mereka akan bidang ini. Bagi saya, setiap orang berhak memilih jalan sukses mereka masing-masing tanpa harus menjudge apa yang menjadi pilihan orang lain. Setiap orang punya caranya tersendiri. This is so simple. So, don't make it became a problem. right? 

Adapun aktifitas saya selama menjadi mahasiswa peternakan unsyiah adalah mengikuti pembelajaran sesuai mata kuliah yang saya ambil. Selain mengikuti pembelajaran secara teori, saya juga mengikuti kegiatan praktikum, diantaranya adalah praktikum Biologi dasar, Fisika dan Kimia pada semester 1. Kemudian pada semester 2 ini saya mengikuti praktikum Zoologi, Ekonomi Produksi Ternak dan Aplikom. Kegiatan praktikum tersebut sangat memberi manfaat untuk saya, karena dengan adanya praktikum tersebut saya mendapatkan ilmu bagaimana mengaplikasikan teori yang telah saya pelajari sebelumnya.

Selain mengikuti proses pembelajaran inti, saya juga mengikuti kegiatan UP3AI yang dimentoring oleh kakak-kakak mentor dari LDK Al- Ihsan. Kegiatan UP3AI ini meliputi mentoring tentang agama, membaca al-qur'an dan praktik ibadah termasuk Orientasi Keislaman Mahasiswa Pertanian. Kemudian saya juga mengikuti PKM (Pekan Kreatifitas Mahasiswa) yang diadakan di Saree oleh Jurusan peternakan untuk melihat bagaimana peternakan yang dikembangkan disana. Jika ada suatu acara di jurusan peternakan, saya juga pernah diberikan kesempatan untuk menjadi pembawa acra di acara tersebut.

Tidak hanya itu, selama kuliah di jurusan Peternakan Unsyiah saya juga pernah mengikuti perlombaan-perlombaan, baik itu membawa nama Jurusan Peternakan maupun tidak. Salah satunya, saya pernah mengikuti perlombaan Musikalisasi Puisi bersama kakak leting lainnya dan Alhamdulillah menjuarai peringkat Ke-2 dengan membawa nama Jurusan Peternakan. Saya juga pernah mengisi acara di ulang tahun pertanian beberapa bulan silam. 

Itulah sekilas kegiatan saya kuliah di Jurusan Peternakan Unsyiah.






















POTENSI WILAYAH ACEH BESAR

1. Pantai Lhoknga

Pantai Lhoknga yang berada di Tanah Aceh, jaraknya hanya 20 km dari Kota Banda Aceh tepatnya dikawasan PT. Semen Andalas Indonesia. Sebelum stunami menghantam Aceh taon 2004 lalu, kawasan pantai ini cukup memberikan nuansa wisata pantai yang alami. 

Banyak pohon-pohon rindang terutama pohon kelapa yang tumbuh berjejer dan rimbun memberikan kesejukan, juga pohon cemara atau aron. 


Pantai pasir putih dengan sedikit bebatuan yang memantulkan warna biru laut seolah-olah sebuah aquarium karena menampakkan ikan-ikan yang berwarna-warni. Deretan penjaja makanan dan minuman dibawah pohon serta gunung yang hijau bersebelahan dengan laut, cukup melengkapi sebagi obyek wisata pantai yang alami. Banyak wisatawan baik lokal maupun manca negara setiap harinya mengunjungi atau sebagian orang singgah untuk istirahat sebentar untuk melanjutkan perjalanan ke pantai barat-selatan.


2. Pantai Lampu’uk
Hasil gambar untuk pantai lampuukPantai Lampu`uk mempunyai pantai dengan pasir putih yang sangat indah, sehingga tempat ini sangat cocok sebagai area rekreasi baik untuk berenang, berjemur, memancing, berselancar atau pun sekedar menikmati suasana pantai yang indah. 

Sebelum terjadi tsunami, daerah ini merupakan perkampungan tradisional bagi masyarakat Aceh Besar dengan penduduknya yang bekerja sebagai nelayan, petani cegkeh, pegawai pabrik Semen PT SAI dan lain-lain. Di kawasan ini juga terdapat Padang Golf Seulawah dengan latar belakang panorama laut. Di sore hari pantai ini terasa lebih indah dan penuh pesona. 


Pengunjung dapat menyaksikan indahnya matahari terbenam, sehingga memberikan suatu kenikmatan tidak terlupakan. Disekitar pantai juga banyak tempat makan dengan penjaja ikan yang siap dipanggang dan bisa langsung dinikmati pengunjung.Saat tsunami melanda Aceh, kawasan ini termasuk kawasan yang sangat parah kondisinya. 


Karena daerah ini terletak di bibir pantai dan di ujung pulau Sumatera, maka kerusakan akibat tsunami sangat fatal. Cukup banyak penduduk di daerah ini menjadi korban. Namun kini tempat ini telah dikelola kembali oleh pemerintah sehingga pengunjung dapat kembali menikmati keindahan pantai ini walaupun di pantai ini ada zona terlarang untuk berenang karena pusaran ombaknya yang terlalu berbahaya. Kawasan ini juga telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai monumen tragedi tsunami.


3. Pantai Ujong Batee

Hasil gambar untuk pantai ujong bateePantai Ujong Batee terletak di Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, jaraknya menuju lokasi sekitar 17 ( tujuh belas ) kilometer dari kota banda aceh menuju Pelabuhan Malahayati. 
Dan di sebelah kanan dari posisi pantai ujong batee hanya ada pulau weh di laut bebas persis di pintu masuk Selat Malaka. Sementara sebelah kirinya Pulau Aceh di samudera Hindia. Pantai ujong Batee rusak gara gara tsunami.


4. Pantai Lhok Me
Hasil gambar untuk lhok mee
Pantai Lhok Me berada di Desa Lamreh, Dusun Lhok Mee, Jalan menuju Krueng Raya, sekitar 30 Km dari Kota Banda Aceh. Untuk mencapai tempat ini bisa menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. 
Pantai Lhok Mee merupakan pantai berpasir putih yg indah dan menjadi salah satu tempat rekreasi bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. 


Disepanjang pinggir pantai terdapat warung yg menjual makanan dan minuman bagi para pengunjung. Tidak jauh dari kawasan pantai terdapat perumahan penduduk setempat.


5. Air Terjun Suhom
Hasil gambar untuk air terjun suhom aceh besarAir terjun Suhom ini berada di tengah panorama alam yang indah dan alami. Di sekitarnya terdapat banyak pohon durian, pada musim durian banyak yang berjualan durian di sekitar air terjun. di sekitar air terjun juga terdapat lokasi yang dapat digunakan untuk berkemah (camping).

Air terjun yang deras ini menjadi sumber energi listrik bagi masyarakat di sekitar Desa Kreung Kala. Sebuah pembangkit listrik tenaga mikrohidro kini telah dibangun di dekat air terjun dan dioperasikan untuk mengaliri listrik kepada penduduk Desa Kreung Kala. 


Dari Banda Aceh menuju ke lokasi air terjun, terhampar pemandangan pantai yang menakjubkan dengan keindahan yang luar biasa, deburan ombak dan pasir putih terlihat dekat di sepanjang jalan, dan tampak pula barisan pegunungan yang tinggi dan indah. Lokasi wisata alam Air Terjun Suhom, ramai dikunjungi pada hari libur , di tempat ini terdapat pemandu wisata yang berasal dari warga lokal.


6. Waduk Keuliling

Hasil gambar untuk waduk keuliling aceh besarWaduk Keuliling Aceh berada di Desa Lam Leuot Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Dari arah jalan raya Medan-Banda Aceh menuju ke waduk ini bisa kita tempuh sejauh kurang lebih 7 ( tujuh ) kilometer. Waduk Keuliling yang berada di antara bukit-bukit tersebut memberikan suasana tersendiri, Waduk Keuliling yang merupakan wisata buatan dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai tempat melepaskan hobi bagi mereka yang suka memancing.

7. Air Terjun Kuta Malaka
Hasil gambar untuk air terjun kutamalaka Air Terjun Kuta Malaka adalah air terjun yang berada di Kuta Malaka, Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar, Nanggro Aceh Darussalam.
lebih kurang 600 m dpl, yang bertingkat-tingkat.
Konon kata masyarakat setempat mencapai 8 tingkat dan ada yang mengatakan 20 tingkat.Untuk menuju ke lokasi kita harus menempuh perjalanan sejauh 30 km dari pusat kota Banda Aceh.



8. Air Terjun Peukan Biluy
Air Terjun Peukan Biluy adalah Objek Wisata Air Terjun yang merupakan salah satu obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Aceh Besar tepatnya di Desa Biluy, Kecamatan Darul Kamal, dan juga merupakan tempat rekreasi bagi penduduk setempat. 

Tempat wisata air terjun Pekan Biluy ternyata masih meninggalkan sisa-sisa kejayaannya. Sebuah bekas bangunan kafe kayu masih berdiri rongsokannya, juga ada 2 tempat duduk beton memanjang disitu. 


Untuk melihat langsung posisi air terjun pengunjung harus menaiki anak tangga sebanyak 172 buah dengan kemiringan rata-rata 45 derajat Pasca bencana tsunami 24 Desember 2004 silam,jalan menuju air terjun Peukan Biluy rusak parah bahkan perbukitan tersebut banyak yang telah hilang namun sudah diperbaiki.


9. Wisata Taman Hutan
Objek Wisata Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan mempunyai sejarah panjang sebelum ditetapkan menjadi Tahura. Sejak tahun 1930 kawasan Seulawah Agam telah ditetapkan menjadi kawasan hutan.

 Pada tahun 1990 Pemda Daerah Istimewa Aceh, melalui SK Gubernur Kepala D.I. Aceh No. 522.51/442/1990 tanggal 4 September 1990 membentuk Tim Taman Hutan Raya Seulawah. Luas peruntukannya mencapai 25.000 hektar, dari luas tersebut akan dipilih 10.000 hektar yang dianggap layak dan dapat mewakili keanekaragaman potensi flora, fauna maupun potensi fisik lainnya yang ada. 


Ternyata dari luas yang diperkirakan awal 10.000 ha, hanya 6.300 ha yang ditetapkan sebagai luas areal Tahura, dan nama Tahura Seulawah kemudian ditetapkan menjadi Tahura Pocut Meurah Intan. Tahura Meurah Intan terletak di gugusan kawasan hutan Seulawah Agam, berjarak 70 kilometer dari Kota Banda Aceh, di dominasi vegetasi hutan pegunungan dan Pinus Merkusi. 


Secara administratif berada di Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Keadaan topografi Tahura Pocut, umumnya berbukit-bukit. Sebagian kecil adalah dataran dengan status sebagai hutan negara bebas dengan ketinggian 0 sampai 40 meter di atas permukaan laut (DPL) dan berada di kaki Gunung Seulawah Agam. Tahura Pocut menyimpan berbagai jenis flora yang didominasi kayu Pinus (Pinus mercusii) dan Akasia (Acasia auriculiformis) seluas 250 Ha, dan padang alang-alang yang luasnya 5.000 hektar atau 20 persen yang diselingi hutan-hutan muda. 


Penyebaran jenis-jenis flora ini hampir merata di semua kawasan, mulai hutan pantai, hutan dataran rendah hingga hutan dataran tinggi. Sedangkan jenis fauna antara lain Rusa (Cervus unicolor), Babi (Sus Scrofa), Landak (Hystrik brachyura), Kancil, Kera ekor panjang, Burung sri gunting, Burung sempala, Ayam hutan, dan Lutung. Di samping itu dijumpai juga jenis mamalia besar di antaranya Gajah (Elephas maximus). 


Penyebaran jenis fauna hampir merata di seluruh kawasan. Alamnya yang potensial sebagai tempat wisata karena didapati sejumlah obyek alam menarik, seperti air terjun berair panas, sumber air panas, kawah ie juk, kawah belerang, tempat mengasin satwa, kubangan gajah, rumah, kolam, saluran pembagi air, bendungan tua peninggalan Belanda, mata air, lembah Mon Jasa Ma, Makan Tgk. Lamcut, Mesjid Tgk. Keumuruh, tebing batu bersusun, lintasan gajah, lantai gunung berbatu, alur besar berbatu, gunung gajah, batu monyet, tempat bermain


10. Pusat Latihan Gajah
Pusat Latihan Gajah (PLG) Saree berada di lokasi Kabupaten Aceh Besar, Hewan Gajah adalah satwa herbivora pemakan tumbuhan dan penyebar bibit dari hasil kunyahan yang tertelan melalui prosesi memamah biak dan dari kotorannya dapat membantu proses pembiakan biji secara natural, kotoran tersebut membantu proses percepatan tumbuhnya biji (dormansi) menjadi kecambah, juga kotorannya menghasilkan pupuk organik bagi hutan yang menjadi daerah lintasannya.
Awalnya, gajah yang menghuni PLG Saree merupakan gajah-gajah liar, yang kemudian ditangkap. 

Tetapi gajah-gajah ini ditangkapi karena kebanyakan dari mereka pernah melakukan tindakan-tindakan merusak seperti merusak kebun penduduk. Gelar khas untuk gajah di Aceh adalah Teungku Rayeuk ini berarti penunjukan dan penamaan berdasarkan ciri phisik gajah yang besar dan raya, gelar tersebut ditabalkan para endatu Aceh pada zamannya, hingga kini sebutan itu juga masih lekat, dimana para endatu dapat hidup berdampingan dengan satwa besar ini bahkan dalam dinas peperangan kerajaan Aceh dimasa gemilang, dimana gajah menjadi teman disaat menjadi pasukan dan berperan sebagai tuan dan pengendara tapi cerita ini begitu sopan dan arif sehinga menjadi legenda turun menurun. 


Mengapa demikan, kenapa begitu ramah dimasa endatu orang Aceh tersebut memperlakukan gajah sebagai teman dan sahabat baik manusia dan menempatkan gajah sebagai Teungku Rayeuk , di Aceh gelar Teungku berarti Orang Alim, kenapa gajah dianggap alim dan bersahaja. Era tahun 70-an hingga 80-an ketika kita berangkat menjelang malam hari dari banda Aceh menuju Pidie disebutkan Teungku Rayeuk sering melintas jalan raya di sekitar Hutan pegunungan Seulawah tanpa ada mengganggu manusia bahkan penumpang bis pun tak terusik. Ini menandakan hubungan manusia dan satwa terjalin dengan baik..mungkin kondisi hutan pada saat itu lumayan baik, pembukaan hutan terasa kecil dan kondisi hutan masih dalam kondisi normal.


11. Gunung Seulawah
Gunung Seulawah Agam Kabupaten Aceh Besar. Seulawah Agam kaya akan berbagai Flora dan Fauna. Sebut saja Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis), Kedih (Presbytis Thomasi), Burung Rangkong (Buceros Rhinocerous), dan Jamur (Fungi) berbagai species serta satwa-satwa lainnya. Menurut kabar, nantinya Seulawah Agam dan kembarannya Seulawah Inong akan dijadikan sebagai kawasan konservasi. Itu penting, mungkin saja mengingat perambahan kayu kian marak saja di sana.


12. Cagar Alam Jantho
 
Dari Banda Aceh (Ibukota Propinsi NAD) berjarak sekitar 50 Km. Dari Kota Jantho (Ibukota Kabupaten Aceh Besar) ke Kawasan Cagar Alam sekitar 9 km. kita dapat kesana Menggunakan kendaraan pribadi ataupun sarana transportasi umum.

Kawasan Cagar Alam Jantho menjadi kawasan lindung bagi pemerintah daerah Nangroe Aceh Darussalam. Berbagai Flora dan Fauna hidup dalam cagar alam ini. Waktu kunjungan terbaik pada bulan April s/d Agustus (Musim Kemarau) untuk menikmati pemandangan/panorama yang indah. Jenis Flora yang bisa didapati diantaranya hutan Pinus, Mampre, Jambu air, Gleum, Bremen, Sampang, Ara, Damar, Medang, Kayu hitam, Beringin, Meranti, Kandis, Rambutan hutan, Tampu, Ketapang, Medang ara, Lukup, Tampang, Lawang, Semiran, Anang, Jenarai, Kerakau, Rengen, Merbau. Sementara keanekaragaman fauna yang bisa dijumpai seperti siamang, Owa, Macan dahan, Kucing Hutan, Rusa, Kijang, Kancil, Napu, Gajah, Kambing Hutan, Beruang, Trenggiling, Kukang, Kuao.

Sumber : www.google.com